Selamat Belajar Era

RISWANTO: Era Monita tak menyangka bisa mengenyam bangku kuliah. Sejak ditinggal mendiang ayahnya pada umur 13 tahun, praktis hanya ibunya saja yang banting tulang mencari nafkah.
Rumah berdinding anyaman bambu yang sebagian sudah lapuk dan nyaris tidak ada barang berharga cukup memberikan gambaran bagaimana kehidupannya.
Memang Era adalah anak bungsu dari 7 bersaudara, namun saudaranya juga masih berjuang dengan kehidupannya masing – masing. Era termasuk anak berprestasi dan aktif dikegiatan sekolah. kepribadiannya yang sangat baik membuat Ia disayangi guru dan teman-temannya. Keinginan Era untuk bisa kuliah sangat tinggi, namun ketiadaan biaya hampir saja memupus harapannya.
Disaat itulah, Yatim Mandiri hadir menawarkan solusi buat Era, melalui program kuliah full beasiswa dari Sekolah Tinggi Agama Islam An Najah Indonesia Mandiri (STAINIM), sebuah Perguruan Tinggi yang dikelola oleh Lembaga Amil Zakat Nasional Yatim Mandiri. Antusiasme Era layak diacungi jempol, disaat teman sebaya ditempat asalnya lebih memilih untuk langsung bekerja atau menikah usai sekolah, Era menempuh jalan lain yang tak populer.
Tak butuh waktu lama, alumni SMAN Grabagan ini langsung menyatakan minatnya untuk mendaftar di STAINIM. Setelah melalui serangkaian tes seleksi dan survey, akhirnya dara kelahiran 5 Juli 1998 ini diterima di STAINIM jurusan Manajemen Pendidikan Islam. Dan hari ini,
Alhamdulillah ananda Era Monita sudah masuk asrama, pergi untuk menggapai mimpinya, meninggalkan tempat kelahirannya di desa Gesikan kecamatan Grabagan. Menguatkan hati meninggalkan ibunya seorang diri di rumah. Karena Era sadar, tak kan ada keberhasilan tanpa pengorbanan.
Selamat belajar Era. Semoga Allah memberikan kemudahan atas usahamu mengubah kehidupanmu menjadi lebih baik. Dan semoga pendidikan dapat menjadi alat pemutus rantai kemiskinan.
Dan semoga Yatim Mandiri Senantiasa bisa selalu hadir untuk memberikan harapan kepada mereka yang tak boleh pudar harapannya, menyemangati jiwa yang lemah dan menyambung harap yang hampir putus asa. Semoga.